Pecahan Kepala Boneka

Saat berkunjung ke Lawangwangi untuk melihat pameran Mella Jaarsma, saya dan Dika melihat pamflet pameran yang diadakan di Platform 3. Secara spontan, kami memutuskan untuk pergi ke galeri yang berada di Jl. Cigadung Raya Tengah No. 40, Bandung. Tempatnya agak terpencil dari jalan utama, namun papan nama galeri bisa terlihat jelas di antara himpitan rumah warga.

Begitu masuk, kami bertemu dengan Mbak Herra--pengurus dari galeri s.14. Ia mengenalkan kami ke beberapa temannya yang saat itu sedang berdiri di ambang pintu. Dengan agak canggung, kami masuk ke dalam galeri. "Silakan direspon," kata Mbak Herra. Saat masuk, saya hanya melihat hamparan pecahan keramik putih dan merah muda di tengah ruangan yang tidak beraturan. Apa ini? Pecahan-pecahan tersebut berada di sebuah alas putih namun banyak juga yang keluar dari batas alas tersebut.


Rupanya pameran berjudul "Chance" karya Marco Cassani--seorang seniman dari Milan yang lahir pada tahun 1981--ini mulanya bukanlah pecahan-pecahan keramik begitu saja. Awalnya terdapat 200 kepala boneka yang disimpan di atas lantai kemudian pengujung pameran boleh menghancurkannya. Kalau berdasarkan gambar yang ada di pamflet, mereka menghancurkan dengan cara menginjak-injak. Hasil dari penghancuran kepala-kepala tersebutlah yang kami lihat saat kami datang.

Rupanya seniman ingin mengamati bagaimana subjek (pengunjung) merespon seperti mengambil keputusan dan melakukan tindakan dalam situasi yang diciptakan oleh seniman. Respon tersebut direkam oleh CCTV dan disiarkan langsung melalui internet. Konon Marco Cassani memang memusatkan karyanya pada manusia dan perilakunya. Kepala boneka disimbolkan sebagai karya seni sekaligus seniman dimana kesakralan fungsi dan peran tersebut bisa dihancurkan.

Lihat apa yang saya temukan!

Alam bawah sadar menyuruh saya menggambar ini

Pecahan di atas telapak tangan merah muda

Berjalan di atas pecahan tersebut menimbulkan sensasi yang enak di kaki. Semacam gemas ingin membikin lebur pecahannya, juga semacam ingin menari random di atasnya (jika tidak malu karena ada Heru Hikayat--pengurus Platform 3 yang padahal sebenarnya acuh).  Di tengah pecahan, saya juga menemukan potongan telinga boneka yang terbelah dua. Selain itu, saya juga meraba pecahan sehingga telapak tangan saya berwarna merah muda. Ternyata proses perabaan ini enak sekali karena testur pecahan yang cenderung empuk.

Mengenai karya yang bisa direspon, saya mau menyinggung tentang karya Mella Jaarsma karena tidak akan ditampilkan cerita keseluruhannya. Karya Mella yang berkaitan tentang ketubuhan ini juga ada yang bisa direspon seperti sendal berbentuk kaki dengan bantalan kulit sapi yang bisa dipakai pengujung untuk jalan-jalan di tempat. Walaupun terlihat ganjil, bisa memegang dan memakai karya seni rasanya asyik juga.

Nia Janiar

Orang Bandung yang sedang berdomisili di Jakarta. Percaya dengan tulisan sederhana namun bermakna. Tulisan dari hati akan sampai ke hati lagi. Berkegiatan menjadi buruh tulis di media. Kadang jalan-jalan, nonton gigs, atau ke pameran seni. Senang berkenalan dengan pembaca.

Post a Comment

Komentar di blog ini akan dimoderasi agar penulis dapat notifikasi komentar terbaru.

Previous Post Next Post

Contact Form